Cerita Rakyat Lombok
Dahulu kala, di suatu padang kering dan tandus hiduplah seekor kerbau
kurus. Karena hampir tiap hari tak mendapatkan rumput, maka kerbau itu
pergi ke padang yang lain. Sampailah dia ke padang dimana banyak
rumputnya. Hatinya gembira melihat rumput hijau itu.
“Nah, inilah makananku,” gumamnya sendiri dan tersenyum.
“Kalau begitu ijinkanlah aku memakannya,” pinta kerbau.
“Silakan, asal kau mau memberikan sesuatu padaku,” jawab harimau.
“Sebab setiap siapa datang kemari untuk makan rumput pasti berjanji akan
memberikan sesuatu untukku. “Bagaimana kalau kau besok memberikan hatimu
kepadaku?”
Kerbau berpikir sejenak. “Biarlah akan kuberikan padamu,” akhirnya kerbau berjanji akan memberikan hatinya kepada harimau.
Beberapa hari kemudian harimau menemui kerbau, tapi si kerbau sudah mengerti maksud kedatangan harimau.
“Bagaimana janjimu, kerbau?” tanya harimau,
“Kau terlalu cepat menagih janjimu,” jawab kerbau. “Sabarlah besok kalau badanku sudah gemuk.”
Selang beberapa bulan kemudian badan kerbau memang sudah nampak
gemuk. Karena itulah, maka harimau ingin segera kerbau memenuhi
janjinya. Tapi si kerbau tak mau menyerahkan hatinya. Dia ingin
mempertahankannya. “Kenapa aku harus menyerahkan satu-satunya hatiku?
Padahal hanya karena aku makan rumput di sini. Bukankah rumput ini juga
milikku?” pikirnya.
Mendengar geram harimau, kerbau siap melawannya. Dan memang
terjadilah pertarungan sengit antara dua binatang itu. Lama juga
pertarungan yang nampak saling serang menyerang itu. Tapi akhirnya
kerbau tak kuat menahan serangan harimau. Dia lari. Tapi harimau terus
mengejarnya.
Di tengah perjalanan kerbau berjumpa dengan kuda.
“Ada apa kau lari terengah-engah?” tanya kuda terheran-heran.
“Aku dikejar harimau. Hendak membunuhku,” jawab kerbau tersengal-sengal.
“Jangan kuatir! Bersembunyilah di balik badanku!” suruh kuda.
Ketika harimau datang terjadilah perkelahian antara harimau dan kuda.
Mereka saling dorong mendorong. Saling memagut. Saling ingin
merobohkan. Tapi akhirnya kuda pun terpaksa mengakui keperkasaan si raja
hutan.
Kuda dan kerbau terpaksa lari menemui banteng.
“Tolong kawan, kami akan dibunuh harimau. Dia mengejarku sekarang. Tolonglah …” kata kuda gelisah.
“Baiklah. Jika harimau ingin membunuhmu, biarlah dia membunuh si
banteng perkasa ini lebih dulu,” ujar banteng bangga. “Mana dia
sekarang?”
Belum lagi kuda dan kerbau menjawab, harimau telah melompat dan
menerkam banteng. Dia menerjangnya sekuat tenaga. Terjadilah pertarungan
sengit. Tapi akhirnya bantengpun terpaksa menyerah kalah. Mereka
bertiga lari tunggang langgang. Sedangkan harimau terus mengejarnya,
seolah belum puas bila belum memakan ketiga binatang itu.
Sampailah mereka di sebuah padang rumput dimana terdapat sebuah sumur
tua. Mereka bertemu dengan kambing dan memberitahukan kalau mereka
dalam keadaan bahaya, hendak dibunuh harimau. Dan tanpa banyak kata
kambing segera bersiap membantunya. Dia mengoleskan buah kaktus hingga
badannya merah.
Tiba-tiba harimau datang dengan geramnya.
“Kamu lihat kerbau dan kawan-kawannya?” tanya harimau garang.
“Ya, kenapa?” jawab kambing.
“Mereka hendak kubunuh.”
“Mereka telah kubunuh semua, karena menggangguku. Kau pun akan
kubunuh jika menggangguku. Lihatlah badanku sampai merah begini. Ketiga
binatang itu telah kubinasakan.”
“Dimana mereka sekarang ?” kejar harimau belum puas.
“Kalau kau ingin melihat mereka, tengoklah sumur itu!”
Harimau heran. Lalu dia melongokkan kepalanya ke dalam sumur. Tapi
belum lagi dia melihat isi sumur, banteng mendorongnya dari belakang
hingga harimau terjerembab ke dalam sumur tua itu. Matilah harimau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar